KONSEP MANUSIA MENURUT ISLAM
ABSTRACT
Menurut Al-Qur’an manusia adalah “Khalifah”
Allah di bumi ini, yaitu wakil Allah, guna mengelola bumi dengan segala
isinya. Menurut surat Al-Baqarah ayat :
30-31 , diterangkan bahwa manusia itu sangat di istimewakan oleh Allah yang
terdapat dalam diri Adam AS. Salah satunya adalah diberikan ilmu pengetahuan,
yang tidak diberikan kepada makhluk-makhluk lain, hingga malaikatpun tidak
diberikan ilmu buat mengelola dunia dan seisinya itu. Jadi dengan ilmu
pengetahuan yang khusus dianugerahkan Allah kepada manusia (Adam) itu, maka
manusia menjadi penguasa satu-satunya yang mempunyai hak dan wewenang buat
mengatur dan mengelola dunia ini untuk kepentingan manusia itu sendiri dengan
segala ras dan bangsa-bangsanya. Sedangkan makhluk-makhluk lainnya hanyalah
merupakan pelengkap saja dari hak dan wewenang manusia itu. Didalam surat
Ali-Imran ayat 59 dijelaskan tentang kejadian Adam AS. dari tanah, dan surat
Al-Rum ayat 20 juga menjelaskan tentang tanda-tanda kekuasaan Allah bahwa
manusia diciptakan dari tanah, tiba-tiba jadi manusia yang berkembang biak.
PENDAHULUAN
Allah SWT
telah menciptakan manusia di dunia kecuali bertugas pokok untuk menyembah
KhalikNya, juga bertugas untuk mengelola dan memanfaatkan kekayaan yang
terdapat di bumi agar manusia dapat hidup sejahtera dan makmur lahir batin.
Manusia diciptakan Allah selain
menjadi hambaNya, juga menjadi penguasa (khalifah) diatas bumi. Selaku
hamba dan ”khalifah”, manusia telah diberi kelengkapan kemampuan jasmaniah
(fisiologis) dan rohaniah (mental psikologis) yang dapat dikembang-tumbuhkan
seoptimal mungkin, sehingga menjadi alat yang berdaya guna dalam ikhtiar
kemanusiaannya untuk melaksanakan tugas pokok kehidupannya di dunia.
Untuk mengembangkan atau menumbuhkan
kemampuan dasar jasmaniah dan rohaniah tersebut, pendidikan merupakan sarana
(alat) yang menentukan sampai di mana titik optimal kemampuan-kemampuan
tersebut dapat dicapai.
Namun proses pengembangan kemampuan
manusia melalui pendidikan tidaklah menjamin akan terbentuknya watak dan bakat
seseorang untuk menjadi baik menurut kehendak penciptaNya, mengingat Allah
sendiri telah menggariskan bahwa di dalam diri manusia terdapat kecenderungan 2
arah yaitu ke arah perbuatan fasiq (menyimpang dari peraturan) dan ke arah
ketaqwaan (mentaati peraturan/ perintah), seperti firman Allah dalam surat
As-Syamsu : 7-10 berikut ini yang artinya :
“ ……. Dan
jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa
itu (jalan) ke fasikan dan ketaqwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang
mensucikan jiwanya dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.”
Keberadaan
Manusia
Pada diri manusia terdapat
perpaduan sifat yang berlawanan. Manusia adalah hadits, baru,
dari sifat jasmiahnya dan azali dari roh Ilahiahnya. Oleh karena itu pada diri
manusia terdapat sifat baik, yang menyerupai sifat Tuhan, dan terdapat sifat
buruk. Ketika Allah menyaksikan kesombongan iblis, yaitu tidak mau sujud kepada
Adam, dalam Qs. 38 (Shad) : 75 Allah menyatakan :
Allah
berfirman : “Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah
Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu
(merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?”.
Kedua tangan dalam ayat
tersebut menurut Ibnu al-‘Arabi adalah nama atau sifat Tuhan yang berlawanan,
baik nama aktif (al-asma’ al-fa’iliyah) maupun nama reseptif (al-asma’
al-qabiliyah). Nama aktif saling berlawanan seperti al-Anis (Yang
Maha Ramah) berlawanan dengan al-Hayaa’ (Yang Pemalu).
Hakikat
Manusia
Kehadiran
manusia pertama tidak terlepas dari asal-usul kehidupan di alam semesta.
Asal-usul manusia menurut ilmu pengetahuan tidak bisa dipisahkan dari teori
tentang sepsis baru yang berasal dari sepsis lain yang telah ada sebelumnya
melalui proses evolusi. Teori evolusi yang diperkenalkan Darwin pada abad XIX
telah menimbulkan perdebatan, terutama di kalangan Gereja dan ilmuwan yang
berpaham teori kreasi khusus. Setelah teori itu diekstrapolasikan oleh para
penganutnya sedemikan rupa, sehingga seolah-olah manusia berasal dari kera. Padahal
Darwin tidak pernah mengemukakan hal tersebut, walaupun taksonomi manusia dan
kera besar berada pada super family yang sama, yaitu hominoidae.
Darwin mengetengahkan banyak
fakta yang tampaknya lebih berarti daripada pendahulunya. Darwin mengemukakan teori
mengenai asal-usul sepsis melalui sarana seleksialam atau bertahannya ras-ras
yang beruntung dalam memperjuangkan dan mempertahankan kehidupannya. Teori
Darwin memuat dua aspek. Aspek pertama bersifat ilmiah, namun ketika
diungkapkan dan dilaksanakan, ternyata aspek ilmiahnya sangat rapuh. Aspek
kedua bersifat filosofis yang diberi penekanan oleh Darwin sangat kuat dan
diungkapkan secara jelas. Teori evolusi tidaklah segalanya, bahkan Darwin
sendiri menyadari seperti diungkapkannya :
“Tapi aku
mempercayai seleksi alam, bukan karena aku dapat membuktikan, dalam setiap
kasus, bahwa seleksi alam telah mengubah satu sepsis menjadi sepsis lainnya,
tapi karena seleksi alam mengelompokkan dan menjelaskan dengan baik (menurut
pendapatku) banyak fakta mengenai klasifikasi, embriologi, organ-organ
elementer, pergantian dan distribusi geologis”.
Evolusi manusia menurut ahli
paleontology dapat dibagi menjadi empat kelompok berdasarkan tingkat
evolusinya, yaitu :
a.
Tingkat
manusia yang fosilnya ditemukan di Johanesburg, Afrika Selatan pada tahun 1924
yang dinamakan fosil Australopithecus.
b.
Tingkat
manusia kera yang fosilnya ditemukan di Solo pada tahun 1891 yang disebut pithecanthropus
erectus.
c.
Tingkat
manusia purba, yaitu tahap yang lebih dekat kepada manusia modern yang sudah
digolongkan genus yang sama, yaitu homo walaupun spesisnya
dibedakan. Fosil jenis ini ditemukan di Neander, karena itu disebut homo
Neanderthalensis dan kerabatnya ditemukan di Solo (Homo Soloensis).
d.
Tingkat
manusia modern atau homo sapiens yang telah pandai berpikir, menggunakan
otak dan nalarnya.
Mencari makna manusia
dilakukan melalui ilmu pengetahuan. Para ahli mendefinisikannya sesuai dengan
bidang kajian (obyek material) ilmu yang ditekuninya. Membicarakan tentang
manusia dalam pandangan ilmu pengetahuan sangat tergantung pada metodologi yang
dipergunakan dan terhadap filosofi yang mendasari. Para penganut teori psikoanalisis
menyebut manusia sebagai homo volens (manusia berkeinginan). Menurut
aliran ini, manusia adalah makhluk yang memiliki perilaku interaksi antara
komponen biologis (Id), psikologis (ego) dan sosial (super
ego). Di dalam diri manusia terdapat unsur animal (hewani), rasional (akal)
dan moral (nilai).
Para penganut teori behaviorisme
menyebut manusia sebagai homo mekanicus (manusia Mesin). Behavior lahir
sebagai rekasi terhadap introspeksionisme (aliran yang menganalisis jiwa
manusia berdasarkan laporan subyektif) dan psikoanalisis (aliran yang berbicara
tentang bawah alam sadar yang tidak tampak). Behavior menganalisis perilaku
yang tampak saja. Menurut aliran ini, segala tingkah laku manusia terbentuk
sebagai hasil proses pembelajaran terhadap lingkungannya, tidak disebabkan
aspek rasional dan emosionalnya.
Para penganut teori kognitif
menyebut manusia sebagai homo
sapiens (manusia berpikir). Menurut aliran ini, manusia tidak lagi
dipandang sebagai makhluk yang bereaksi secara pasif pada lingkungan, tetapi
sebagai makhluk yang selalu berusaha memahami lingkungannya, makhluk yang
selalu berfikir. Penganut teori kognitif mengecam pendapat yang
cenderung menganggap pikiran itu tidak nyata karena tampak tidak mempengaruhi
peristiwa. Pada hal berpikir, memutuskan, menyatakan, memahami dan sebagainya adalah
fakta kehidupan manusia.
Para
penganut teori humanism menyebut manusia sebagai homo ludens (manusia
beriman). Aliran ini mengecam aliran psikoanalisis dan behaviorisme, karena
keduanya tidak menghormati manusia sebagai manusia. Keduanya tidak dapat menjelaskan
aspek eksistensi manusia yang positif dan menentukan, seperti cinta,
krealitivitas, nilai, makna dan pertumbuhan pribadi. Menurut humanism, manusia
berperilaku untuk mempertahankan, mengingatkan dan mengaktualisasikan dirinya.
Perdebatan mengenai siapa manusia di kalangan para ilmuan terus berlangsung dan
tidak menemukan kesepakatan yang tuntas. Manusia tetap menjadi misteri yang
besar dalam sejarah perkembangan ilmu pengetahuan sampai sekarang.