Selasa, 03 April 2012

curhatan si anak tani


Kepada siapakah aku mengeluh? Ke pangkuan siapa aku menumpahkan air mata ini? Pintu rumah siapa yang aku ketuk untuk meminta tolong?

Kalau padi di lumbung tak bersisa; apakah aku akan mengetuk rumah para Artis dan bintang Film yang uangnya berlebih dan Credit card-nya bertumpuk-tumpuk?  Kalau untuk memperoleh pekerjaan..! Aku harus menyiapkan ratusan ribu atau sekian juta rupiah Uang terobosan; apakah aku akan bertamu ke rumah-rumah eksekutif yang tinggal sekampung denganku?

Nasibku di timpa gludug “rasionalisasi” bisakah aku lapor kepada Pak President, Pak Gubernur, Pak Bupati, Pak Polisi, Pak Mentri, Pak Dewan, Pak Camat, Pak RT, Pak RW, Pak Kades, Pak Lurah dan bapak-bapak lainnya yang merupakan pengayom masyarakat?

Kalau rasa perih, sakit dan dendam, menikam jantung ruhaniku, karena menghayati perbedaan-perbedaan tingkat hidup yang mencolok, menghayati ketimpangan, kesenjangan dan ketidakseimbangan. Siapakah yang bersedia mendengarkan keluhanku? Pak Dermawan? Pak cendikiawan? Pak polisi? Pak Wakil Rakyat? Pak Profesional dan lain-lain?

Bolehkah aku mendambakan bahwa Pak-Pak itu sesekali menanyakan kepadaku tentang apakah hatiku sedang bersedih, apakah ada kesulitan dan problem yang tidak bisa di atasi pasca BBM tidak jadi dinaikan? (apalagi benar-benar jadi dinaikan)

Kalau tidak, lantas kepada siapa aku mengeluh? Siapa yang menjamin aku dan yang lainnya tidak kelaparan? Siapa yang menemaniku menghabiskan waktu untuk sekedar mempertahankan kehidupan?
Syukur Alhamdulillah Allah menuntun mulutku untuk mengucapkan: “ Innamâ asykubatstsî wa huznî ilallâh” Tetapi bukankah Ia telah mewakilkan diri-nya dan tugas-tugas itu kepada kita? Akankah kita perintahkan Allah agar mengurusi soal kenaikan Harga BBM?

BBM naik tinggi susu tak terbeli orang pintar tarik subsidi anak kami kurang GIZI...